MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
GASTRITIS
DI
SUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS
MATA
KULIAH KEPERAWATAN DEWASA III
Dosen Pembimbing :
Ns. Ikha Ardianti, S.Kep
Oleh :
MUHAMMAD MURSID
(1014033)
PRODI
: S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN
CENDEKIA HUSADA
BOJONEGORO
LEMBAR
PENGESAHAN
MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
KLIEN
DENGAN GASTRITIS
DI
SUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS
MATA
KULIAH KEPERAWATAN DEWASA III
Telah disetujui dan
disahkan pada :
Hari :
Tanggal :
Mengetahui
Mahasiswa
(Muhammad
Mursid)
|
Dosen Pembimbing
(Ns. Ikha Ardianti, S.Kep)
|
KATA PENGANTAR
Puji syukur
penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia
serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah
Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gastritis Di Susun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Keperawatan Dewasa III oleh dosen pembimbing mata
kuliah keperawatan
Dewasa III, dan merupakan salah satu tugas individu yang harus dipenuhi oleh mahasiswa.
Dalam pembuatan makalah ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, oleh sebab itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen pembimbing mata
kuliah yakni ibu IKHA ARDIANTI, S.Kep, Ns dan Rekan-rekan mahasiswa yang
telah membantu dan memberikan dorongan dalam pembuatan makalah ini.
Penulis
menyadari bahwa penulisan makalah ini masih belum sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah
ini.
Penulis
mengharapkan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Akhir
kata kami ucapkan terima kasih.
Bojonegoro,11 Nopember 2013
PENULIS
DAFTAR ISI
COVER HALAMAN................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................... ii
KATA PENGANTAR.................................................................................. iii
DAFTAR ISI................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang........................................................................................ 1
B.
Rumusan masalah................................................................................... 2
C.
Tujuan Penulisan................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Anatomi Fisiologi................................................................................... 3
B. Definisi................................................................................................... 5
C. Klasifikasi............................................................................................... 5
D. Etiologi................................................................................................... 6
E. Patofisiologi........................................................................................... 6
F. Pathway................................................................................................... 7
G. Manifestasi Klinis.................................................................................. 8
H. Komplikasi............................................................................................. 8
I. Penatalaksanaan...................................................................................... 8
J. Pemeriksaan Diagnostik......................................................................... 9
K. Asuhan Keperawatan Teori.................................................................... 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................. 16
B. Saran....................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kasus
dengan gastritis merupakan salah satu jenis kasus yang umumnya diderita oleh
kalangan remaja, khususnya penyakit ini meningkat pada kalangan mahasiswa.
disebabkan oleh berbagai faktor misalnya tidak teraturnya pola makan, gaya
hidup yang salah dan meningkatnya aktivitas (tugas perkuliahan) sehingga
mahasiswa tersebut tidak sempat untuk mengatur pola makannya dan malas untuk
makan.(Fahrur, 2009).
Penyebab
dari gastritis menurut Herlan tahun 2001 yaitu asupan alkohol berlebihan (20%),
merokok (5%), makanan berbumbu (15%), obat-obatan (18%) dan terapi radiasi
(2%), sedangkan menurut Hasna dan Hurih tahun 2009 gastritis bisa juga
disebabkan karena, infeksi bakteri, stress, penyakit autoimun, radiasi dan Chron’s Disease.
Salah
satu penyebab dari gastritis adalah infeksi dari bakteri Helicobacter pylori(H. pylori)
dan merupakan satu-satunya bakteri yang hidup di lambung. Bakteri ini dapat
menginfeksi lambung sejak anak-anak dan menyebabkan penyakit lambung kronis.
Bahkan diperkirakan lebih dari 50% penduduk dunia terinfeksi bakteri ini sejak
kecil. Jika dibiarkan, akan menimbulkan masalah sepanjang hidup (Soemoharjo,
2007). Menurut Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI) dan Kelompok Studi
Helicobacter Pylori Indonesia (KSHPI) tahun 2001, menyatakan diperkirakan 20 %
dari penduduk Negara Indonesia telah terinfeksi oleh H. Pylori (Daldiyono,
2004). Penemuan infeksiHelicobacter pylori ini mungkin berdampak pada tingginya
kejadian gastritis, pada beberapa daerah di Indonesia menunjukkan angka
kejadian gastritis yang cukup tinggi.
Gejala
yang umum terjadi pada penderita gastritis adalah rasa tidak nyaman pada perut,
perut kembung, sakit kepala dan mual yang dapat menggangu aktivitas
sehari-hari, rasa tak nyaman di epigastrium, nausea, muntah, Perih atau sakit
seperti terbakar pada perut bagian atas yang dapat menjadi lebih baik atau
lebih buruk ketika makan, hilang selera makan, bersendawa, dan kembung. Dapat
pula disertai demam, menggigil (kedinginan), cegukan (hiccups)
Bila
penyakit gastritis ini terus dibiarkan, akan berakibat semakin parah dan
akhirnya asam lambung akan membuat luka-luka (ulkus) yang dikenal dengan tukak
lambung. Bahkan bisa juga disertai muntah darah (Arifianto, 2009). Menurut
penelitian Surya dan Marshall pada tahun 2007 hingga 2008 mengatakan gastritis
yang tidak ditangani dengan tepat akan menimbulkan komplikasi yang mengarah
kepada keparahan.yaitu kanker lambung dan peptic
ulcer.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan gastritis ?
2. Bagaimana penyebab dari gastritis ?
3. Apa gejala yang ditimbulkan dari
gastritis ?
4. Bagaimana patofisiologis gastritis
akut dan gastritis kronik ?
5. Pengobatan apa yang dilakukan untuk
penyakit gastritis ?
6. Pencegahan yang bagaimana yang dapat
dilakukan sebagai tindakan preventif ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi dari
gastritis
2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya
peradangan lambung (gastritis)
3. Untuk mengetahui gejala-gejala dari
gastritis
4. Untuk mengetahui patofisiologi
gastritis akut dan gastritis kronik
5. Untuk mengetahui pengobatan yang dapat
dilakukan untuk penderita gastritis
6. Untuk mengetahui tindakan preventif
dari gastritis tersebut.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Anatomi Fisiologi
Pengertian
Lambung adalah bagian
dari saluran yang dapat mengembang paling banyak terutama di daerah epigaster,
lambung terdiri dari bagian atas fundus uteri berhubungan dengan esofogus
melalui orifisium pilorik, terletak dibawah diagfragma di depan pankreas dan
limpa, menempel di sebelah kiri fundus uteri(Anatomi
fisiology untuk mahasiswa keperawatan edisi ke 3.EGC:171).
Anatomi
dan Fisiologi
Bagian dari lambung :
a. Fundus
ventrikuli, bagian yang menonjol keatas terletak sebelah kiri osteoum kardium
dan biasanya penuh berisi gas.
b. Korpus
ventrikuli, setinggi osteoum kardium, suatu lekukan pada bagiam bawah kurvatura
minor.
c. Antrum
pilorus, bagian lambung berbentuk tabung mempunyai otot yang tebal membentuk
spingter pilorus.
d. Kurvatura
minor, terdapat sebelah kanan lambung, terbentang dari osteoum kardiak sampai
ke pilorus.
e. Kurvutura
mayor, lebih panjang dari kurvatura minor, terbentang dari sisi kiri ostoeum
kardiak melalui fundus ventrikuli menuju ke kanan sampai ke pilorus inferior.
Ligamnetum gastrolinealis terbentang dari bagian atas kurvatura mayor sampai ke
limpa.
f. Oesteoum
kardiak, merupakan tempat esofagus bagian abdomen masuk ke lambung. Pada bagian
ini terdapat orififum pilorik.
.
Fungsi
Lambung
a. Menampung
makanan, menghancurkan dan menghaluskan makanan oleh peristaltik lambung dan
getah lambung.
b. Getah
cerna lambung yang dihasilkan :
1. Pepsin
fungsinya, memecah putih telur menjadi asam amino (albumin dan pepton).
2. Asam
garam (HCL) fungsinya, mengasamkan makanan, sebagai antiseptik dan desinfektan,
dan membuat suasana asam pada pepsinogen sehingga menjadi pepsin.
3. Renin
fungsinya, sebagai ragi yang membekukan susu dan membentuk kasein dari
kasinogen (kasinogen pada protein susu).
4. Lapisan
lambung : jumlahnya sedikit memecah lemak menjadi asam lemak yang merangsang
sekresi getah lambung.
(Anatomi Fisiologi
untuk Siswa Perawat, Edisi 2, EGC 1997 : 77-78).
B.
Definisi
Gastritis atau lebih
dikenal sebagai maag berasal dari bahasa yunani yaitu gastro, yang
berarti perut/lambung dan itis yang berarti
inflamasi/peradangan. Gastritis bukan merupakan penyakit
tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu
mengakibatkan peradangan pada lambung. Biasanya, peradangan tersebut merupakan
akibat dari infeksi oleh bakteri yang sama dengan bakteri yang dapat
mengakibatkan borok di lambung yaitu Helicobacter pylori. Tetapi
faktor-faktor lain seperti trauma fisik dan pemakaian secara terus menerus
beberapa obat penghilang sakit dapat juga menyebabkan gastritis.
Secara
histologis dapat dibuktikan dengan inflamasi sel-sel radang pada daerah
tersebut didasarkan pada manifestasi klinis dapat dibagi menjadi akut dan
kronik (Hirlan, 2001 : 127).
Pada
beberapa kasus, gastritis dapat menyebabkan terjadinya borok (ulcer)
dan dapat meningkatkan resiko dari kanker lambung. Akan tetapi bagi banyak
orang, gastritis bukanlah penyakit yang serius dan dapat
segera membaik dengan pengobatan.
Gastritis
merupakan gangguan yang sering terjadi dengan karakteristik adanya anorexia,
rasa penuh, dan tidak enak pada epigastrium, nausea, muntah.
Secara
umum definisi gastritis ialah inflamasi pada dinding lambung terutama pada
mukosa dan submukosa lambung. Gastritis merupakan gangguan yang paling sering
ditemui diklinik karena diagnosisnya hanya berdasarkan gejala klinis.
C. Klasifikasi
Gastritis menurut jenisnya terbagi menjadi 2, yaitu (David Ovedorf 2002) :
Gastritis menurut jenisnya terbagi menjadi 2, yaitu (David Ovedorf 2002) :
1.
Gastritis akut
Disebabkan oleh
mencerna asam atau alkali kuat yang dapat menyebabkan mukosa menjadi gangren
atau perforasi. Gastritis akut dibagi menjadi dua garis besar yaitu :
Gastritis Eksogen akut
( biasanya disebabkan oleh faktor-faktor dari luar, seperti bahan kimiamisal :
lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid , mekanis iritasi bakterial, obat
analgetik, anti inflamasi terutama aspirin (aspirin yang dosis rendah sudah
dapat menyebabkan erosi mukosa lambung) ).
Gastritis Endogen akut (adalah
gastritis yang disebabkan oleh kelainan badan ).
2.
Gastritis Kronik
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna
dari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter pylory(H. Pylory). Gastritis
kronik dikelompokkan lagi dalam 2 tipe yaitu tipe A dan tipe B. Dikatakan
gastritis kronik tipe A jika mampu menghasilkan imun sendiri. Tipe ini
dikaitkan dengan atropi dari kelenjar lambung dan penurunan mukosa. Penurunan
pada sekresi gastrik mempengaruhi produksi antibodi. Anemia pernisiosa
berkembang pada proses ini. Gastritis kronik tipe B lebih lazim. Tipe ini
dikaitkan dengan infeksi helicobacter pylori yang menimbulkan ulkus pada
dinding lambung.
D. Etiologi
1. Infeksi bakteri.
Sebagian besar populasi di dunia
terinfeksi oleh bakteri H. Pylori yang hidup di bagian dalam lapisan mukosa
yang melapisi dinding lambung. Walaupun tidak sepenuhnya dimengerti bagaimana
bakteri tersebut dapat ditularkan, namun diperkirakan penularan tersebut terjadi
melalui jalur oral atau akibat memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi
oleh bakteri ini. Infeksi H. pylori sering terjadi pada masa kanak – kanak dan
dapat bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan perawatan. Infeksi H. pylori
ini sekarang diketahui sebagai penyebab utama terjadinya peptic ulcer dan
penyebab tersering terjadinya gastritis. Infeksi dalam jangka waktu yang
lama akan menyebabkan peradangan menyebar yang kemudian mengakibatkan perubahan
pada lapisan pelindung dinding lambung. Salah satu perubahan itu adalah
atrophic gastritis, sebuah keadaan dimana kelenjar-kelenjar penghasil asam
lambung secara perlahan rusak. Peneliti menyimpulkan bahwa tingkat asam lambung
yang rendah dapat mengakibatkan racun-racun yang dihasilkan oleh kanker tidak
dapat dihancurkan atau dikeluarkan secara sempurna dari lambung sehingga
meningkatkan resiko (tingkat bahaya) dari kanker lambung. Tapi sebagian
besar orang yang terkena infeksi H. pylori kronis tidak mempunyai kanker dan
tidak mempunyai gejala gastritis, hal ini mengindikasikan bahwa ada penyebab
lain yang membuat sebagian orang rentan terhadap bakteri ini sedangkan yang
lain tidak.
2. Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus
menerus.
Obat analgesik anti inflamasi
nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan naproxen dapat menyebabkan
peradangan pada lambung dengan cara mengurangi prostaglandin yang bertugas
melindungi dinding lambung. Jika pemakaian obat – obat tersebut hanya sesekali
maka kemungkinan terjadinya masalah lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya
dilakukan secara terus menerus atau pemakaian yang berlebihan dapat
mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer.
3. Penggunaan alkohol secara berlebihan.
Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa
pada dinding lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asam
lambung walaupun pada kondisi normal.
4. Penggunaan kokain.
Kokain dapat merusak lambung dan menyebabkan pendarahan dan
gastritis.
5. Stress fisik.
Stress fisik akibat pembedahan
besar, luka trauma, luka bakar atau infeksi berat dapat menyebabkan gastritis
dan juga borok serta pendarahan pada lambung.
6. Kelainan autoimmune.
Autoimmune atrophic gastritis terjadi ketika
sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat yang berada dalam dinding
lambung. Hal ini mengakibatkan peradangan dan secara bertahap menipiskan
dinding lambung, menghancurkan kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung dan
menganggu produksi faktor intrinsic (yaitu sebuah zat yang membantu tubuh
mengabsorbsi vitamin B-12). Kekurangan B-12, akhirnya, dapat mengakibatkan
pernicious anemia, sebuah konsisi serius yang jika tidak dirawat dapat
mempengaruhi seluruh sistem dalam tubuh. Autoimmune atrophic gastritis terjadi
terutama pada orang tua.
7. Crohn’s disease.
Walaupun penyakit ini biasanya menyebabkan
peradangan kronis pada dinding saluran cerna, namun kadang-kadang dapat juga
menyebabkan peradangan pada dinding lambung. Ketika lambung terkena penyakit
ini, gejala-gejala dari Crohn’s disease (yaitu sakit perut dan diare dalam
bentuk cairan) tampak lebih menyolok daripada gejala-gejala gastritis.
8. Radiasi and kemoterapi.
Perawatan terhadap kanker seperti
kemoterapi dan radiasi dapat mengakibatkan peradangan pada dinding lambung yang
selanjutnya dapat berkembang menjadi gastritis dan peptic ulcer. Ketika tubuh
terkena sejumlah kecil radiasi, kerusakan yang terjadi biasanya sementara, tapi
dalam dosis besar akan mengakibatkan kerusakan tersebut menjadi permanen dan
dapat mengikis dinding lambung serta merusak kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung.
9. Penyakit bile reflux.
Bile (empedu) adalah cairan yang
membantu mencerna lemak-lemak dalam tubuh. Cairan ini diproduksi oleh hati.
Ketika dilepaskan, empedu akan melewati serangkaian saluran kecil dan menuju ke
usus kecil. Dalam kondisi normal, sebuah otot sphincter yang berbentuk seperti
cincin (pyloric valve) akan mencegah empedu mengalir balik ke dalam lambung.
Tapi jika katup ini tidak bekerja dengan benar, maka empedu akan masuk ke dalam
lambung dan mengakibatkan peradangan dan gastritis.
10. Faktor-faktor lain.
Gastritis sering juga dikaitkan
dengan konsisi kesehatan lainnya seperti HIV/AIDS, infeksi oleh parasit, dan
gagal hati atau ginjal.
E. Patofisiologi
Gastritis Akut
Pengaruh efek samping obat-obat NSAIDs
atau Non-Steroidal Anti Inflamatory Drug seperti aspirin juga dapat menimbulkan
gastritis.Obat analgesik anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin,
ibuprofen dan naproxen dapat menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara
mengurangi prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung. Jika
pemakaian obat - obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya
masalah lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara terus
menerus atau pemakaian yang berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan peptic
ulcer.Pemberian aspirin juga dapat menurunkan sekresi bikarbonat dan mukus
oleh lambung, sehingga kemampuan faktor defensif terganggu.
Alkohol berlebih, terlalu sering memakan
makanan yang mengandung nitrat (bahan pengawet) atau terlalu asam (cuka),
kafein seperti pada teh dan kopi serta kebiasaan merokok dapat memicu
terjadinya gastritis. Karena bahan-bahan tersebut bila terlalu sering kontak
dengan dinding lambung akan memicu sekresi asam lambung berlebih sehingga dapat
mengikis lapisan mukosa lambung.
Kemudian stress psikologis maupun
fisiologis yang lama dapat menyebabkan gastritis. Stress seperti syok, sepsis,
dan trauma menyebabkan iskemia mukosa lambung. Iskemia mukosa lambung
mengakibatkan peningkatan permeabilitas mukosa akibatnya terjadi difusi balik H+ke
dalam mukosa. Mukosa tidak mampu lagi menahan asam berlebih menyebabkan edema
lalu rusak.
Gastritis
Kronis
Gastritis
kronis dapat diklasifikasikan tipe A atau tipe B. Tipe A (sering disebut
sebagai gastritis autoimun) diakibatkan dari perubahan sel parietal, yang
menimbulkan atropi dan infiltrasi sel. Hal ini dihubungkan dengan penyakit
otoimun, seperti anemia pernisiosa dan terjadi pada fundus atau korpus dari
lambung.
Tipe
B (kadang disebut sebagai gastritis H. pylory) Ini dihubungkan dengan bakteri
H. pylory, faktor diet seperti minum panas atau pedas, penggunaan obat-obatan
dan alkohol, merokok atau refluks isi usus kedalam lambung. H. Pylori termasuk bakteri yang tidak tahan
asam, namun bakteri jenis ini dapat mengamankan dirinya pada lapisan mukosa
lambung. Keberadaan bakteri ini dalam mukosa lambung menyebabkan lapisan
lambung melemah dan rapuh sehingga asam lambung dapat menembus lapisan
tersebut. Dengan demikian baik asam lambung maupun bakteri menyebabkan luka
atau tukak. Sistem kekebalan tubuh akan merespon infeksi bakteri H. Pylori tersebut dengan mengirimkan
butir-butir leukosit, selT-killer, dan pelawan infeksi lainnya. Namun
demikian semuanya tidak mampu melawan infeksi H.
Pylori tersebut sebab tidak
bisa menembus lapisan lambung. Akan tetapi juga tidak bisa dibuang sehingga
respons kekebalan terus meningkat dan tumbuh. Polymorph mati dan mengeluarkan senyawa
perusak radikal superoksida pada sel lapisan lambung. Nutrisi ekstra dikirim
untuk menguatkan sel leukosit, namun nutrisi itu juga merupakan sumber nutrisi
bagi H. Pylori. Akhirnya, keadaan epitel lambung
semakin rusak sehingga terbentuk ulserasi superfisial dan bisa menyebabkan
hemoragi (perdarahan).Dalam beberapa hari gastritis dan bahkan tukak lambung
akan terbentuk.
F. Pathway
Stress
|
Alkohol, obat’’an
|
Makanan
merangsang
Panas,pedas,asam
|
Helicobakteri philory
|
Merangsang syaraf sympatic N.Vagus
|
Iritasi sel epitel Kulomer gaster
|
Menyerang bagian fundus gaster
|
Prod. Mukus berkurang
|
Desquamasi sel
|
Respon
lambung vasodilatasi mukosa
|
Respon lambung asofilaksis
|
Respon
peradangan :
-Destroksi
sel
-metalasia
|
Prod. Hcl meningkat
|
erosi sel
|
Sel mukosa hilang
|
Elastisitas sel berkurang
|
Mual, muntah, anoreksia
|
Iritasi lambung
|
Kerusakan pembuluh darah
|
kekakuan
|
Penurunan tonus otot
|
perdarahan
|
Komplikasi
ulkus peptikum
|
nyeri
|
Hematemesis
melena
|
G. Manifestasi klinis
a. Gastritis Akut
Sindrom
dispepsia berupa nyeri epigastrum, mual, kembung, muntah, merupakan salah satu
keluhan yang sering muncul. Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa
hematemesis dan melena, jika dilakukan anamnesis lebig dalam, terdapat riwayat
penggunaan obat-obatan atau bahan kimia tertentu.(kapita selekta kedokteran jilid 1 edisi ke 3 FKUI hal:492)
b.Gastritis Kronik
Kebanyakan
pasien tidak mempunyai keluhan. Hanya sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati,
anoreksia, nausea, dan pada pemeriksaan fisik tidak dijumpai kelainan. .(kapita selekta kedokteran jilid 1 edisi ke
3 FKUI hal:493)
H.
Komplikasi
1.
Gastritis akut
Perdarahan
saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hematemesis dan melena, dapat berakhir
sebagai syok hemoragik. Khusus untuk perdarahan SCBA, perlu dibedakan dengan
tukak peptik. Gambaran klinis yang di perlihatkan hampir sama. Namun pada tukak
peptik penyebab utamanya adalah infeksi helicobactery pylori, sebesar 100% pada
tukak duodenum dan 60-90% pada tukak lambung. Diagnosis pasti dapat ditegakkan
dengan endoskopi.(kapita selecta
kedokteran edisi ke 3 hal :492-493)
2.
Gastritis kronik
Perdarahan
saluran cerna bagian atas, ulkus perforasi, dan anemia karena gangguan absropsi
vitamin B₁₂.(kapita selecta kedokteran edisi ke 3
hal:493)
I. Penatalaksanaan
Pengobatan gastritis
meliputi :
1. Mengatasi
kedaruratan medis yang terjadi.
2. Mengatasi
atau menghindari penyebab apabila dapat dijumpai.
3. Pemberian
obat-obat antasid atau obat-obat ulkus lambung yang lain (Soeparman,1999)
Gastritis
akut
Faktor utama
adalah dengan menghilangkan etiologinya. Diet lambung, dengan porsi kecil dan
sering. Obat-obatan ditujukan untuk mengatur sekresi asam lambung, berupa
antagonis reseptor H₂, inhibitor
pompa proton, antikolinergik, dan antacid. Juga ditujukan sebagai
sitoprotektor, berupa sukralfat dan prostaglandin. .(kapita selekta kedokteran jilid 1 edisi ke 3 FKUI hal:493)
Gastritis
kronik
Pada
pusat-pusat pelayanan kesehatan dimana endoskopi tidak dapat dilakukan,
penatalaksanaan diberikan seperti pada pasien dengan sindrom dispepsia, apalagi
jika tes serology neagtif. Pertama-tama dilakukan adalah mengatasi dan
menghindari penyebab pada gastritis akut, kemudian diberikan pengobatan empiris
berupa antacid, antagonis H₂/inhibitor pompa proton dan obat-obat prokinetik.
Jika endoskopi dapat dilakukan, dilakukan terapi eradikasi kecuali jika hasil
CLO, kultur dan PA ketiganya negatif atau hasil serologi negatif. Terapi
eradikasi juga diberikan pada seleksi khusus pasien yang menderita
penyakit-penyakit lain.
Terapi
eradikasi diberikan selama 1-2 minggu dengan memperhatika efisiensi biaya.
Regimen terapi dibagi 3, tripel, kuadrel, dan dual, namun yag biasa digunakan
adalah tripel dan kuadrel. Jika terapi gagal , digunakan terapikuadrel. Pasien
dianggap sembuh, hanya jika setelah 4minggu terapi selesai hasil pemeriksaan
CLO dan PA negatif, selain itu terapi dianggap gagal. Secara lengkap regimen
dan dosis terapi eradikasi. .(kapita
selekta kedokteran jilid 1 edisi ke 3 FKUI hal:493-494)
Pada
gastritis, penatalaksanaanya dapat dilakukan dengan (medis dan non medis),
yaitu sebagai berikut :
a. Gastritis
Akut
1. Intruksikan
pasien untuk menghindari alkohol.
2. Bila
pasien mampu makan melalui mulut, anjurkan diet mengandung gizi.
3. Bila
gejala menetap, cairan perlu diberi secara parenteral.
4. Bila
perdarahan terjadi, lakukan penatalaksanaan untuk hemoragi saluran
gastrofestinal.
5. Untuk
menetralisir asam gunakan antasida umum.
6. Untuk
menetralisir alkhali gunakan jus lemon encer atau cuka encer.
7. Pembedahan
darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat gangren atau perforasi.
8. Jika
gastritis terjadi akibat menelan basa kuat, gunakan sari buah jeruk yang encer
atau cuka yang di encerkan.
9. Reaksi
lambung diperlukan untuk mengatasi obstruksi polirus.
b. Gastritis
Kronik
1. Dapat
diatasi dengan memodifikasi diet pasien, diet makan lunak diberikan sedikit
tapi lebih sering.
2. Mengurangi
stress
3. H.pylori
diatasi dengan antibiotik (seperti tetraciklin ¼, amoxillin) dan gram bismuth
(pepto-bismol).
J.
pemeriksaan penunjang
a.
Pemeriksaan darah
Tes ini
digunakan untuk memeriksa apakah terdapat H.
Pylori dalam darah. Hasil tes
yang positif menunujukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu
waktu dalam hidupnya tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena
infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia yang terjadi
akibat perdarahan lambung karena gastritis.
b.
Uji napas urea
Suatu metode diagnostik berdasarkan
prinsip bahwa urea diubah oleh urease H.
Pyloridalam lambung menjadi amoniak dan karbondioksida (CO2). CO2 cepat diabsorbsi melalui dinding
lambung dan dapat terdeteksi dalam udara ekspirasi.
c.
Pemeriksaan feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat
bakteri H. Pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang
positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan
terhadap adanya darah dalam feses. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan dalam
lambung.
d.
Endoskopi saluran cerna bagian atas
Dengan tes ini dapat terlihat adanya
ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari
sinar-x. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang kecil yang
fleksibel(endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam esofagus, lambung dan
bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dianestesi sebelum
endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini.
Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan
mengambil sedikit sampel(biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian
akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih
20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes
ini selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi menghilang kurang
lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada resioko akibat tes ini. Komplikasi
yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan
endoskop.
e.
Rontgen saluran cerna bagian atas
Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan
lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum
dirontgen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas
ketika di rontgen.
f.
Analisis Lambung
Tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan
merupakan tekhnik penting untuk menegakkan diagnosis penyakit lambung. Suatu
tabung nasogastrik dimasukkan ke dalam lambung dan dilakukan aspirasi isi
lambung puasa untuk dianalisis. Analisis basal mengukur BAO( basal acid output)
tanpa perangsangan. Uji ini bermanfaat untuk menegakkan diagnosis sindrom
Zolinger- Elison(suatu tumor pankreas yang menyekresi gastrin dalam jumlah
besar yang selanjutnya akan menyebabkan asiditas nyata).
g.
Analisis stimulasi
Dapat dilakukan dengan mengukur
pengeluaran asam maksimal (MAO, maximum acid output) setelah pemberian obat
yang merangsang sekresi asam seperti histamin atau pentagastrin. Tes ini untuk
mengetahui teradinya aklorhidria atau tidak.
ASUHAN
KEPERAWATAN GASTRITIS
PENGKAJIAN.
Anamnese meliputi :
1.
Nama
:
2.
Usia
:
3.
Jenis
kelamin
:
4.
Jenis
pekerjaan :
5.
Alamat
:
6.
Suku/bangsa
:
7.
Agama
:
8.
Tingkat pendidikan : bagi orang yang tingkat
pendidikan rendah/minim mendapatkan pengetahuan tentang gastritis, maka akan
menganggap remeh penyakit ini, bahkan hanya menganggap gastritis sebagai sakit
perut biasa dan akan memakan makanan yang dapat menimbulkan serta memperparah
penyakit ini.
9.
Riwayat sakit dan kesehatan
a)
Keluhan
utama
: Nyeri di ulu hati dan perut sebelah kanan bawah.
b)
Riwayat penyakit saat ini : Meliputi perjalan penyakitnya, awal dari
gejala yang dirasakan klien, keluhan timbul dirasakan secara mendadak atau
bertahap, faktor pencetus, upaya untuk mengatasi masalah tersebut.
c)
Riwayat penyakit dahulu : Meliputi penyakit yang berhubungan dengan
penyakit sekarang, riwayat dirumah sakit, dan riwayat pemakaian obat.
Pemeriksaan
fisik, yaitu Review of system (ROS)
Keadaan
umum : tampak kesakitan pada pemeriksaan fisik terdapat
nyeri tekan di kwadran epigastrik.
1. B1(breath)
: takhipnea
2. B2
(blood) : takikardi,
hipotensi, disritmia, nadi perifer lemah, pengisian perifer lambat, warna
kulit pucat.
3. B3
(brain) : sakit kepala,
kelemahan, tingkat kesadaran dapat terganggu, disorientasi, nyeri epigastrum.
4. B4
(bladder) : oliguria, gangguan keseimbangan
cairan.
5. B5
(bowel) : anemia, anorexia,
mual, muntah, nyeri ulu hati, tidak toleran terhadap makanan pedas.
6. B6
(bone) : kelelahan,
kelemahan
3.1.3
Fokus Pengkajian
1.
Aktivitas / Istirahat
Gejala
: kelemahan, kelelahan
Tanda
: takikardia, takipnea / hiperventilasi (respons terhadap
aktivitas)
2.
Sirkulasi
Gejala
: kelemahan, berkeringat
Tanda
: - hipotensi (termasuk postural)
- takikardia, disritmia (hipovolemia /
hipoksemia)
- nadi perifer lemah
- pengisian kapiler lambat / perlahan
(vasokonstriksi)
- warna kulit pucat, sianosis (tergantung
pada jumlah kehilangan darah)
- kelemahan kulit / membran mukosa,
berkeringat (menunjukkan status syok, nyeri akut, respons psikologik)
3. Integritas ego
Gejala
: faktor stress akut atau kronis (keuangan, hubungan kerja),
perasaan tak berdaya.
Tanda
: tanda ansietas, misalnya gelisah, pucat, berkeringat, perhatian
menyempit, gemetar, suara gemetar.
4. Eliminasi
Gejala
: riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena perdarahan
gastroenteritis (GE) atau masalah yang berhubungan dengan GE, misalnya
luka peptik atau gaster, gastritis, bedah gaster, iradiasi area gaster.
Perubahan pola defekasi / karakteristik feses.
Tanda
: - nyeri tekan abdomen, distensi
- bunyi usus : sering hiperaktif selama
perdarahan, hipoaktif setelah perdarahan.
- karakteristik feses : diare, darah
warna gelap, kecoklatan atau kadang-kadang merah cerah, berbusa, bau busuk
(steatorea), konstipasi dapat terjadi (perubahan diet, penggunaan antasida).
- haluaran urine : menurun, pekat.
5. Makanan / Cairan
Gejala
: - anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang
diduga obstruksi pilorik bagian luar sehubungan dengan luka duodenal).
- masalah menelan : cegukan
- nyeri ulu hati, sendawa bau asam, mual
atau muntah
Tanda
: muntah dengan warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau
tanpa bekuan darah, membran mukosa kering, penurunan produksi mukosa, turgor
kulit buruk (perdarahan kronis).
6. Neurosensi
Gejala
: rasa berdenyut, pusing / sakit kepala karena sinar, kelemahan.
Tanda
: tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak cenderung tidur,
disorientasi / bingung, sampai pingsan dan koma (tergantung pada volume
sirkulasi / oksigenasi).
7. Nyeri / Kenyamanan
Gejala
: - nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal,
rasa terbakar, perih, nyeri hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi. Rasa
ketidaknyamanan / distres samar-samar setelah makan banyak
dan hilang dengan makan (gastritis akut).
dan hilang dengan makan (gastritis akut).
- nyeri epigastrum kiri sampai tengah /
atau menyebar ke punggung terjadi 1-2 jam setelah makan dan hilang dengan
antasida (ulkus gaster).
- nyeri epigastrum kiri sampai / atau
menyebar ke punggung terjadi kurang lebih 4 jam setelah makan bila lambung
kosong dan hilang dengan makanan atau antasida (ulkus duodenal).
- tak ada nyeri (varises esofegeal atau
gastritis).
- faktor pencetus : makanan, rokok,
alkohol, penggunaan obat-obatan tertentu (salisilat, reserpin, antibiotik,
ibuprofen), stresor psikologis.
Tanda
: wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat,
berkeringat, perhatian menyempit.
8.
Keamanan
Gejala : alergi terhadap obat / sensitif misal : ASA
Gejala : alergi terhadap obat / sensitif misal : ASA
Tanda
: peningkatan suhu, spider angioma, eritema palmar (menunjukkan
sirosis / hipertensi portal)
9. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala
: adanya penggunaan obat resep / dijual bebas yang mengandung ASA,
alkohol, steroid. NSAID menyebabkan perdarahan GI. Keluhan saat ini dapat
diterima karena (misal : anemia) atau diagnosa yang tak berhubungan (misal :
trauma kepala), flu usus, atau episode muntah berat. Masalah kesehatan yang
lama misal : sirosis, alkoholisme, hepatitis, gangguan makan (Doengoes, 1999,
hal: 455).
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Nyeri (akut) b/d inflamasi mukosa lambung.
2. Volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat dan output cair yang berlebih (mual dan
muntah)
3.
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anorexia
4. Intoleransi
aktifitas b/d kelemahan fisik
5. Ansietas b/d kurang
pengetahuan tentang penyakit
Intervensi Keperawatan
No.
|
Diagnosa
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi mukosa
lambung.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam
- Nyeri klien berkurang atau hilang.
- Skala nyeri
0.
- Klien dapat relaks. - Keadaan umum klien baik. |
1. Puasakan
pasien di 6jam pertama,
2. Berikan
makanan lunak sedikit demi sedikit dan berikan minuman hangat,
3. Atur posisi
yang nyaman bagi klien.
4. Ajarkan
teknik distraksi dan reklasasi.
5. Kolaborasi dalam pemberian analgetik. |
1. Mengurangi inflamasi pada mukosa lambung,
2. Dilatasi
gaster dapat terjadi bila pemberian makanan setelah puasa terlalu cepat,
3. Posisi yang
tepat dan dirasa nyaman oleh klien dapat mengurangi resiko klien terhadap
nyeri.
4. Dapat
membuat klien jadi lebih baik dan melupakan nyeri.
5. Analgetik dapat memblok
reseptor nyeri pada susunan saraf pusat.
|
2.
|
Volume
cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat dan output cair yang berlebih (mual dan muntah)
- Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24jam,masalah
kekurangan volume cairan pasien dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
Mempertahankan volume cairan adekuat dengan dibuktikan oleh mukosa bibir lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler berwarna merah muda, input dan output seimbang. |
1. Penuhi kebutuhan individual. Anjurkan
klien untuk minum (dewasa : 40-60 cc/kg/jam).
2.Awasi tanda-tanda vital, evaluasi
turgor kulit, pengisian kapiler dan membran mukosa
3. Pertahankan
tirah baring, mencegah muntah dan tegangan pada defekasi
4. Berikan terapi IV line sesuai
indikasi
5. Kolaborasi pemberian cimetidine dan
ranitidine
|
1. Intake cairan yang adekuat akan
mengurangi resiko dehidrasi pasien
2. menunjukkan status dehidrasi atau kemungkinan
peningkatan kebutuhan penggantian cairan.
3. Aktivitas/muntah meningkatkan
tekanan intra abdominal dan dapat mencetuskan perdarahan lanjut.
4.Mengganti
kehilangan cairan yang hilang dan memperbaiki keseimbanngan cairan segera.
5. Cimetidine dan ranitidine berfungsi untuk menghambat
sekresi asam lambung
|
3.
|
Nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh b/d anorexia
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam
kebutuhan nutrisi pasien dapat terpenuhi
Kriteria hasil :
- Keadaan umum cukup
-Turgor kulit baik
- BB
meningkat
- Kesulitan
menelan berkurang
|
1. Anjurkan pasien untuk makan sedikit demisedikit
dengan porsi kecil namun sering.
2. Berikan makanan yang lunak dan makanan yang di
sukai pasien/di gemari.
3. lakukan oral higyne 2x sehari
4. timbang BB pasien setiap hari dan pantau turgor
kulit,mukosa bibir dll
5. Konsultasi dengan tim ahli gizi dalam pemberian
menu.
|
1. Menjaga nutrisi tetap terpenuhi dan mencegah
terjadinya mual dan muntah yang berlanjut.
2. Untuk mempermudah pasien dalam mengunyah
makanan.
3. kebersihan mulut akan merangsang nafsu makan
pasien.
4. Mengetahui status nutrisi pasien.
5. Mempercepat pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan
pemberian menu yang tepat sasaran.
|
4.
|
Intoleransi
aktifitas b/d kelemahan fisik
Tujuan : Klien
dapat beraktivitas.
Kriteria hasil :
- Klien dapat beraktivitas tanpa bantuan,
- Skala aktivitas 0-1 |
1. Observasi
sejauh mana klien dapat melakukan aktivitas.
2. Berikan lingkungan yang tenang. 3. Berikan bantuan dalam aktivitas. 4. Jelaskan pentingnya beraktivitas bagi klien.
5. Tingkatkan tirah baring atau duduk dan berikan
obat sesuai dengan indikasi
|
1. Mengetahui
aktivitas yang dapat dilakukan klien.
2. Menigkatkan istirahat klien. 3. Membantu bila perlu, harga diri ditingkatkan bila klien melakukan sesuatu sendiri. 4. Klien tahu pentingnya beraktivitas.
5.Tirah baring dapat meningkatkan stamina tubuh
pasien sehinggga pasien dapat beraktivitas kembali.
|
5.
|
Ansietas
b/d perubahan status kesehatan,ancaman kematian dan nyeri.
Tujuan :
Setelah
dilakukan tindakan keperwatan 1x24jam pasien
Kriteria
hasil :
-Mengungkapkan perasaan dan pikirannya
secara terbuka
-Melaporkan berkurangnya cemas dan takut
-Mengungkapkan mengerti tentangpeoses penyakit
-Mengemukakan menyadari terhadap apa
yang diinginkannya yaitu menyesuaikan diri terhadap perubahan fisiknya
|
1.
Awasi
respon fisiologi misalnya: takipnea, palpitasi, pusing, sakit kepala, sensasi
kesemutan.
2.Dorong pernyataan takut dan ansietas,
berikan umpan balik.
3. Berikan informasi yang akurat.
4.Berikan
lingkungan yang tenang untuk istirahat.
5. Dorong orang terdekat untuk tinggal
dengan pasien.
6. Tunjukan teknik relaksasi.
|
1. Dapat menjadi indikator derajat takut
yang dialami pasien, tetapi dapat juga berhubungan dengan kondisi fisik atau
status syok.
2.Membuat hubungan terapeutik
3.Melibatkan pasien dalam rencana asuhan
dan menurunkan ansietas yang tak perlu tentang ketidaktahuan.
4.Memindahkan pasien dari stresor luar,
meningkatkan relaksasi, dapat meningkatkan keterampilan koping.
5.Membantu menurunkan takut melalui
pengalaman menakutkan menjadi seorang diri.
6.Belajar cara untuk rileks dapat
membantu menurunkan takutdan ansietas
|
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Gastritis adalah suatu proses inflamasi pada lapisan
mukosa dan submukosa lambung dan secara hispatologi dapat dibuktikan dengan
adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut.
Gastritis bukan merupakan penyakit
tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan
peradangan pada lambung. Biasanya, peradangan tersebut merupakan akibat dari
infeksi oleh bakteri yang sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan borok di
lambung yaitu Helicobacter pylori. Tetapi factor – factor lain seperti trauma
fisik dan pemakaian secara terus menerus beberapa obat penghilang sakit dapat
juga menyebabkan gastritis. Walaupun banyak kondisi yang dapat menyebabkan
gastritis, gejala dan tanda – tanda penyakit ini sama antara satu dengan yang
lainnya.
B.
KRITIK DAN SARAN
Guna penyempurnaan makalah ini,saya sangat mengharapkan kritik dan serta saran dari Dosen Pembimbing beserta teman-teman kelompok lain.
Guna penyempurnaan makalah ini,saya sangat mengharapkan kritik dan serta saran dari Dosen Pembimbing beserta teman-teman kelompok lain.
DAFTAR
PUSTAKA
Doengoes,Marilyn.E.dkk.2006.Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI
Mansjoer.Arief,Triyanti.K.dkk.2001.Kapita Selecta Kedokteran edisi ketiga jilid
1 : Media Aesculapius fakultas Kedokteran UI
Syaifudin.2006.Anatomi fisiologi untuk mahasiswa
keperawatan,edisi 3.jakarta :Penerbit buku kedokteran EGC
Wilkinson,
Judith M. 2007. Buku Saku
Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria NOC. Jakarta : EGC
Nuzulul.
2011. Askep Gastritis. http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_
detail-35839-Kep-Pencernaan-Askep-Gastritis.html. Diakses pada
tanggal 11 Nopember 2013 Jam 09.30 WIB