ASUHAN KEPERAWATAN
DHF/ Dengue
Haemorrhagic Fever
DOSEN PEMBIMBING :
Ibu IKHA ARDIANTI S.Kep ,Ns.
![](file:///C:/Users/ACER/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.jpg)
NAMA
KELOMPOK :
MUHAMMAD MURSID
SANDI TRI SUSANTO
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA HUSADA BOJONEGORO
2013
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Penyakit
Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit menular yang dapat menimbulkan kejadian luar biasa/wabah. Nyamuk
penularnya ( Aedes Aegypti ) yang tersebar luas sehingga penularannya dapat
terjadi di semua tempat. Karena banyaknya kasus demam berdarah yang terjadi
negara Indonesia, maka Indonesia berencana meluncurkan hari demam berdarah
se-ASEAN (ASEAN Dengue Day) yang disepakati setiap tanggal 15 Juni. Tujuan dari
peluncuran ASEAN Dengue Day ini adalah meningkatkan komitmen nasional dan
antarnegara anggota ASEAN pada upaya pengendalian demam berdarah, baik
pencegahan, penanggulangan, hingga tata laksana sehingga angka kejadian dan kematian
akibat DBD bisa ditekan
Kasus DBD di Kaltim, tahun 2007 mencapai 5.244 kasus meninggal dunia 102
orang. Tahun 2008 sebanyak 5.777 kasus meninggal 105 orang dan tahun 2009
sebanyak 5.244 kasus meninggal sebanyak 68 orang. Terbanyak penderitanya adalah
di Samarinda, Balikpapan dan Kukar dengan angka kematian sebesar 1,9 persen.
Berdasarkan dana Dinkes Samarinda tahun 2009 terdapat 1.138 kasus dengan angka
kejadian 26/10.000 penduduk. Sedangkan di Indonesia, Dengan jumlah kematian
sekitar 1.317 orang tahun 2010, Indonesia menduduki urutan tertinggi kasus
demam berdarah dengue di ASEAN. Untuk itu, Indonesia bekerja sama dengan
negara-negara anggota ASEAN dalam membasmi penyakit DBD. Berdasarkan data P2B2,
jumlah kasus DBD di Indonesia tahun 2010 ada 150.000 kasus. Menurut Rita,
potensi penyebaran DBD di antara negara-negara anggota ASEAN cukup tinggi mengingat
banyak wisatawan keluar masuk dari satu negara ke negara lain.
Bila pada kasus anak dengan DHF ini lambat penanganannya, maka akan dapat
terjadi komplikasi seperti efusi pleura karena adanya kebocoran lambung akibat
meningkatnya permeabilitas membrane, perdarahan pada lambung karena anak
mengalami mual dan muntah serta kurangnya nafsu makan, terjadi pembesaran pada
hati, limpa dan kelenjar getah bening karena bocornya plasma yang mengandung
cairan, dan dapat terjadi syok hipovolemik karena adanya peningkatan nilai
hematokrit.
Berdasarkan
angka kejadian diatas dan masalah-masalah yang terjadi akibat lambatnya
penanganan, maka kelompok akan memberikan asuhan keperawatan pada klien An. W
dengan diagnose medis DHF sehingga penulisan dalam makalah ini mengambil judul “Asuhan Keperawatan Pada
Klien An. W dengan Dengue Hemorrhagic Fever ( DHF )”.
1.2 Tujuan
Penulisan
1.2.1 Tujuan umum
Memberikan
gambaran kepada masyarakat tentang penyakit DHF serta agar dapat diaplikasikan
asuhan keperawatan pada anak yang terinfeksi DHF.
1.2.2 Tujuan Khusus
Diharapkan
dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan DHF, kelompok akan dapat :
a. Memberikan gambaran tentang
pengkajian asuhan keperawatan pada anak usia prasekolah tentang penyakit DHF
b. Memberikan gambaran tentang diagnose
keperawatan yang akan muncul jika seorang anak terinveksi virus dengue.
c. Memberikan gambaran tentang
intervensi keperawatan pada anak dengan DHF
d. Memberikan gambaran tentang
implementasi keperawatan pada anak dengan DHF
e. Memberikan gambaran tentang evaluasi
keperawatan pada anak dengan DHF
f. Memberikan gambaran tentang
dokumentasi keperawatan pada anak dengan DHF setelah melakukan pengevaluasian
dari semua tindakan.
1.3 Manfaat
Penulisan
1.3.1 Manfaat bagi mahasiswa
Meningkatkan
pengetahuan dan memperoleh pengalaman dalam melakukan asuhan keperawatan pada
keluarga secara langsung.
1.3.2 Manfaat bagi institusi pendidikan
Laporan
makalah ini diharapkan dapat menjadi tolak ukur sejauh mana upaya meningkatkan
kemampuan mahasiswa dalam melakukan asuhan keperawatan keluarga.
1.4 Sistematika
Penulisan
Penyusunan
makalah ini terdiri dari tiga bab yang
disusun dengan urutan :
Bab 1 Pendahuluan
Terdiri dari Latar Belakang, Tujuan
Penulisan, Manfaat Penulisan, dan Sistematika Penulisan
Bab 2 Tinjauan Pustaka
Terdiri dari Pengertian, Etiologi,
Patofisiologi.
Bab 3 Tinjauan Kasus
Terdiri dari uraian asuhan
keperawatan yang berisi pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan
keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
DHF adalah
demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan beberapa nyamuk lain yang
menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara efidemik.
(Sir,Patrick manson,2001).
Demam
berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
(arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti
(Suriadi & Yuliani, 2001).Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue
Haemorrhagic Fever (DHF) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus
Dengue Famili Flaviviridae,dengan genusnya adalah flavivirus. Virus ini
mempunyai empat serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4.
Selama ini secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang berbeda,
tergantung dari serotipe virus Dengue. (Saroso, 2007)
2.2 Anatomi Fisiologi
1. Sel-sel darah ada 3 macam yaitu:
a. Eritrosit (sel
darah merah)
Eritrosit merupakan sel darah yang telah
berdeferensi jauh dan mempunyai fungsi khusus untuk transport oksigen.
b. Leukosit (sel
darah putih)
Sel darah putih yang mengandung inti, normalnya
5.000 – 9.000 sel/mm³.
c. Trombosit (sel
pembeku darah)
Keping darah berwujud cakram protoplasmanya kecil
yang dalam peredaran darah tidak berwarna, jumlahnya dapat bevariasi antara
200.000 – 300.000/mm³ darah.
a) Struktur Sel
1) Membran sel (selaput sel)
Membran struktur elastic yang
sangat tipis, tebalnya hanya 7,5-10nm. Hampir seluruhnya terdiri dari
keeping-keping halus gabungan protein lemak yang merupakan lewatnya berbagai
zat yang keluar masuk sel. Membran ini bertugas untuk mengatur hidup sel dan
menerima segala untuk rangsangan yang datang.
2) Plasma
Bahan-bahan yang dapat dalam
plasma: anorganik (garam mineral, air, oksigen, karbohidrat, amoniak), bahan
organis (karbohidrat, lemak, protein, hormon, vitamin dan asam nukleat).
2.3 Etiologi
DHF
disebabkan oleh virus dengue yang termasuk dalam genus Flavivirus dan
ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti. Di Indonesia, virus tersebut sampai saat
ini telah diisolasi menjadi 4 serotipe virus dengue yang termasuk dalam grup B
dari arthropedi borne viruses ( Arbovirus ), yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan
DEN-4. Infeksi oleh salah satu serotype menimbulkan antibody seumur hidup
terhadap serotype bersangkutan, tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipr
lain. Virus dengue ini terutama ditularkan melalui vector nyamuk aedes aegypti.
Nyamuk aedes albopictus,
Aedes
polynesiensis dan beberapa spesies lain kurang berperan. Jenis nyamuk ini
terdapat hampir di seluruh Indonesia kecuali di ketinggian lebih dari 1000 m di
atas permukaan laut. Perkembangan hidup nyamuk Aedes Aegypti dari telur hingga
dewasa memerlukan waktu sekitar 10-12 hari. Hanya nyamuk betina yang menggigit
dan menghisap darah serta memilih dari manusia untuk memotong telurnya.
Sedangkan nyamuk jantan tidak dapat menghisap darah, melainkan hidup Dari sari
bunga tumbuh-tumbuhan. Umur nyamuk Aedes Aegypti betina sekitar ± 2 minggu. (
Hadinegoro, 1999 )
2.4 Pathway
![](file:///C:/Users/ACER/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image003.gif)
![](file:///C:/Users/ACER/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image004.jpg)
2.5 Patofisiologi
Virus
dengue masuk pertama kali ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk,
terinfeksi oleh virus dengue untuk pertama kalinya atau mendapat infeksi
berulang virus dengue lainnya. Saat virus masuk kedalam peredaran darah melalui
gigitan nyamuk, terjadi infeksi virus dengue yang akan merangsang endotoxin,selanjutnya
merangsang zat pyrogen dan endogen, mengakibatkan interleukin 1, menggeser set
point dari titik normal, sehingga terjadi menggigil, demam, dan terjadi
hipertermia mendadak. Dari hipertermi akan meningkatkan stress, merangsang
keluarnya histamine, menyebabkan peningkatan HCI, mengiritasi lambung, terjadi
mual dan penurunan nafsu makan, masukan yang tidak adekuat sehingga menyebabkan
ketidakseimbangan nutrisi yaitu kurang dari kebutuhan tubuh.
2.6 Pemeriksaan penunjang
a. Darah
Pada demam dengue terdapat
leucopenia pada hari ke 2 atau ke 3 pada DBD dijumpai trombositopenia dan
hemokonsentrasi
b. Air Seni
Mungkin ditemukan albuminuria ringan
2.7 Tanda
dan gejala
a. Demam tinggi mendadak selama 2-7
hari ( tanpa sebab jelas )
b. Manifestasi pendarahan, paling tidak
terdapat uji tourniquet positif dan adanya salah satu bentuk pendarahan yang
lain, misalnya : ptekiae, ekimosis, epistaksis, pendarahan gusi, melena atau
hematemesis
c. pembesaran hati
d. mual, muntah, tidak ada nafsu makan,
diare, dan konstipasi
e. Nyeri ulu hati karena adanya
pendarahan di lambung, nyeri otot, nyeri tulang sendi.
f. Syok yang ditandai nadi lemah dan
cepat disertai dengan tekanan nadi yang menurun ( 20 mmHg atau kurang ),
tekanan darah yang menurun ( tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg atau
kurang ), dan kulit yang teraba dingin dan lembab, terutama pada ujung hidung,
jari dan kaki. Penderita gelisah serta timbul sianosis di sekitar mulut.
2.7 Penatalaksanaan
Bila
anak diduga atau sudah didiagnosa medis DHF, maka hal yang harus dilakukan
adalah :
a. Tirah baring
b. Beri makanan yang lunak. Apabila
belum ada nafsu makan dianjurkan untuk minum banyak 1, - 2 liter dalam 24 jam (
susu, air, dengan gula atau sirup ). Atau air tawar yang ditambahkan dengan
garam saja.
c. Medikamentosa yang bersifat simtomatis.
Hiperpireksia dapat diberikan kompres es di kepala, ketiak dan inguinal.
Antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminoferen, eukinin, atau dipiron.
Hindari pemberian asetol karena bahaya pendarahan.
d.
Pemberian cairan intravena pada anak tanpa renjatan
dilakukan bila anak terus menerus muntah, sehingga tidak mungkin diberi makanan
peroral atau didapatkan nilai hematokrit yang terus meningkat ( >40vol% ).
Jumlah cairan yang diberikan tergantung dari derajat dehidrasi dan kehilangan
elektrolit, dianjurkan cairan glukosa 5 % dalam 1/3 larutan NaCl 0,9% dengan
jumlah tetesan 16 x/ menit.
2.8 Prognosis
Kasus
DBD di Kaltim, tahun 2007 mencapai 5.244 kasus meninggal dunia 102 orang. Tahun
2008 sebanyak 5.777 kasus meninggal 105 orang dan tahun 2009 sebanyak 5.244
kasus meninggal sebanyak 68 orang. Terbanyak penderitanya adalah di Samarinda,
Balikpapan dan Kukar dengan angka kematian sebesar 1,9 persen. Berdasarkan dana
Dinkes Samarinda tahun 2009 terdapat 1.138 kasus dengan angka kejadian
26/10.000 penduduk. Sedangkan di Indonesia, Dengan jumlah kematian sekitar
1.317 orang tahun 2010, Indonesia menduduki urutan tertinggi kasus demam
berdarah dengue di ASEAN. Untuk itu, Indonesia bekerja sama dengan
negara-negara anggota ASEAN dalam membasmi penyakit DBD. Berdasarkan data P2B2,
jumlah kasus DBD di Indonesia tahun 2010 ada 150.000 kasus.
2.9 Pencegahan
Pencegahan
penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk Aedes
Aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan
beberapa metode yang tepat, yaitu :
a. Lingkungan
Metode lingkungan untuk
mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan pemberantasan sarang nyamuk,
pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat pengembangbiakan nyamuk hasil
samping kegiatan manusia.
b. Biologis
Pengendalian biologis dengan
menggunakan ikan pemakan jentik ( ikan cupang )
c. Kimiawi
Pengendalian kimiawi antara lain :
1) Pengasapan/fogging berguna untyk
mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu.
2) Memberikan bubuk abate pada
tempat-tempat penampungan air seperti gentong air, vas bunga, kolam, dan
lain-lain.
2.10 Konsep
Dasar Asuhan Keperawatan
2.10.1 Pengkajian
Pengkajian
adalah langkah awal dan dasar bagi seorang perawat dalam melakukan pendekatan
secara sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisa, sehingga dapat
diketahui kebutuhan klien tersebut. Pengumpulan data yang akurat dan sistematis
akan membantu menentukan status kesehatan dan pola pertahanan klien serta
memudahkan dalam perumusan diagnosa keperawatan. ( Doenges : 2000 ).
Tahap pengkajian adalah sebagai
berikut :
A.
Pengumpulan data,
Yaitu
mengumpulkan informasi tentang kekuatan dan kelemahan klien dengan cara
wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik melalui keluarga, orang terdekat,
masyarakat, maupun rekam medic.
B.
Identitas klien dan keluarga,
terdiri dari :
1) Nama klien, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, agama.
2) Nama ayah, umur, agama, pekerjaan, pendidikan, alamat.
3) Nama ibu, umur, agama, pekerjaan, pendidikan, alamat.
4) Tanggal anak masuk rumah sakit, diagnose medis, dan segala
sumber informasi yang diperoleh.
C.
Keluhan utama,
Yaitu
alasan yang paling menonjol pada pasien dengan DHF untuk datang ke rumah sakit
D.
Riwayat kesehatan
1) Riwayat penyakit sekarang
Ditemukan adanya keluhan panas
mendadak yang disertai menggigil dengan kesadaran kompos mentis. Turunnya panas
terjadi antara hari ke 3 dan ke 7 dan keadaan anak semakin lemah. Kadang
disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, diare/konstipasi, sakit
kepala, nyeri otot, serta adanya manifestasi pendarahan pada kulit
2) Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah
diderita klien, apa pernah mengalami serangan ulang DHF.
3) Pemeriksaan fisik, terdiri dari :
Inspeksi, adalah pengamatan secara
seksama terhadap status kesehatan klien ( inspeksi adanya lesi pada kulit ).
Perkusi, adalah pemeriksaan fisik dengan jalan mengetukkan jari tengah ke jari
tengah lainnya untuk mengetahui normal atau tidaknya suatu organ tubuh.
Palpasi, adalah jenis pemeriksaan fisik dengan meraba klien. Auskultasi, adalah
dengan cara mendengarkan menggunakan stetoskop (auskultasi dinding abdomen
untuk mengetahu bising usus)
E.
Riwayat imunisasi
Apabila
anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya komplikasi
dapat dihindari
F.
Riwayat gizi
Status
gii anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi
baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat factor predisposisinya. Anak
yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu makan
menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan
nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan
sehingga status gizinya menjadi kurang.
G.
Pola kebiasaan
1)
Nutrisi dan metabolism : frekuensi, jenis, pantangan, nafsu
makan berkurang, dan nafsu makan menurun.
2)
Eliminasi alvi ( buang air besar ). Kadang-kadang anak
mengalami diare/konstipasi. Sementara DHF pada grade III-IV bisa terjadi
melena.
3)
Eliminasi urine perlu dikaji apakah sering buang air kecil,
sedikit/banyak, sakit/tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria
4)
Tidur dan istirahat. Anak sering mengalami kurang tidur
karena mengalami sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan
kualitas tidur maupun istirahatnya kurang.
5)
Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk.
H.
Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan darah klien DHF
akan dijumpai :
1)
Hb dan PCV meningkat ( ≥20%)
2)
Trambositopenia (≤100.000/ml)
3)
Leukopenia
4)
Ig.D. dengue positif
5)
Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia,
hipokloremia, dan hiponatremia.
6)
Urium dan Ph darah mungkin meningkat
7)
Asidosis metabolic : Pco2<35-40 mmHg
8)
SGOT/SGPT mungkin meningkat
2.11 Diagnosa
Keperawatan
Diagnosa
keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respons actual atau potensial
klien terhadap masalah kesehatan yang perawata mempunyai lisensi dan kompeten
untuk mengatasinya. ( Perry Potter, 2005 )
a.
Hipertermi yang berhubungan dengan proses infeksi virus
dengue
b.
Risiko tinggi kekurangan volume cairan vascular yang
berhubungan dengan pindahnya cairan dari ruang intravascular ke ruang
ekstravaskular
c.
Risiko tinggi syok hipovolemik yang berhubungan dengan
perdarahan
d.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat
e.
Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan
fisik
f.
Kebutuhan pembelajaran mengenai kondisi, prognosis dan
program pengobatan mengenai penyakit DHF yang berhubungan dengan kurangnya
pemajanan informasi
Rencana
Keperawatan
a.
Hipertermi yang berhubungan dengan proses
infeksi virus dengue
Tujuan : hipertermi dapat teratasi
setelah dilakukan tindakan keperawatan
Sasaran :
Sasaran :
1) Suhu
tubuh normal (36-370 C)
2) Pasien mengatakan tidak panas lagi
2) Pasien mengatakan tidak panas lagi
Rencana
tindakan :
1) Observasi
TTV : suhu, nadi, tekanan darah, pernapasan
Rasional : TTV merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum
pasien
2) Berikan
penjelasan tentang penyebab demam atau peningkatan suhu tubuh
Rasional
: keterlibatan keluarga sangat berarti dalam proses penyembuhan pasien di rumah
sakit
3)
Beri kompres hangat di daerah ketiak dan dahi
Rasional
: kompres hangat memberikan efek vasodilatasi pembuluh darah sehingga dapat
meningkatkan pengeluaran panas tubuh melalui pori-pori
4)
Anjurkan klien banyak minum ± 1-2 liter / hari
Rasional
: peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu
diimbangi dengan asupan cairan yang banyak
5) Anjurkan
klien untuk istirahat di tempat tidur / tirah baring
Rasional
: mencegah terjadinya peningkatan metabolisme tubuh dan membantu proses
penyembuhan
6)
Anjurkan untuk menggunakan pakaian yang tipis dan
menyerap keringat
Rasional
: pakaian yang tipis akan membantu mengurangi penguapan tubuh
7) Monitor
dan catat intake dan output dan berikan cairan intravena sesuai program medik
Rasional
: karena IWL meningkat 10 %setiap peningkatan suhu tubuh 10C, maka peningkatan
intake cairan perlu untuk mencegah dehidrasi
8)
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
antipiretik
Rasional
: antipiretik berfungsi dalam menurunkan suhu tubuh
b.
Risiko tinggi kekurangan volume cairan
vascular yang berhubungan dengan pindahnya cairan dari ruang intravascular ke
ruang ekstravaskular
Tujuan : kekurangan
volume cairan tidak terjadi setelah dilakukan tindakan
Keperawatan
Sasaran
:
1)
Klien tidak mengalami kekurangan volume cairan
vaskuler yang ditandai dengan TTV stabil dalam batas normal
2)
Produksi urine 1 cc/KgBb/jam
3)
Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
Rencana
tindakan :
1)
Observasi TTV : suhu, nadi, tekanan darah,
pernapasan
Rasional
: TTV merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien
2)
Kaji tanda dan gejala kurang volume cairan
(selaput mukosa kering, rasa haus
dan produksi urine menurun)
Rasional
: deteksi dini kurang volume cairan
3)
Monitor dan catat cairan yang masuk dan keluar
Rasional
: mengetahui keseimbangan cairan yang masuk dan keluar
4)
Beri minum yang cukup dan sesuaikan dengan
jumlah cairan infuse
Rasional
; minum cukup untuk menambah volume cairan dan sesuaikan dengan cairan infuse
untuk mencegah kelebihan cairan
5)
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan
intravena
Rasional
: program cairan intravena sangat penting bagi pasien yang mengalami deficit
volume cairan dengan keadaan umum yang jelek karena cairan yang masuk langsung
ke pembuluh darah
6)
Kolaborasi dengan petugas laboratorium dalam
pemeriksaan trombosit, hematokrit dan hemoglobin
Rasional
: mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah
c.
Risiko tinggi syok hipovolemik yang
berhubungan dengan perdarahan
Tujuan
: syok hipovolemik tidak terjadi setelah dilakukan tindakan keperawatan
Sasaran
:
1)
TTV stabil dalam batas normal
2)
Hematokrit dalam batas normal ( L : 40-52 %, P : 35-47
% )
3)
Hemoglobin dalam batas normal ( L : 11,5-16,5 g/dL, P :
13-17,5 g/dL )
4)
Trombosit dalam batas normal (150.000-400.000 /mm3 )
5)
Tidak
terjadi tanda-tanda syok
Rencana
tindakan :
1)
Observasi TTV : suhu, nadi, tekanan darah,
pernapasan
Rasional : TTV
merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien
2)
Monitor tanda-tanda perdarahan
Rasional : perdarahan
yang tepat diketahui dapat segera diatasi sehingga pasien tidak sampai ke tahap
hipovolemik akibat perdarahan hebat
3)
Observasi perkembangan bintik-bintik merah di
kulit, keringat dingin, kulit lembab dan dingin serta tanda-tanda sianosis
Rasional
: mengetahui tanda-tanda terjadinya syok sehingga dapat menentukan intervensi
secepatnya
4)
Bila terjadi syok hipovolemik, baringkan pasien
dalam posisi datar
Rasional
: menghindari kondisi yang lebih buruk
5)
Segera puasakan pasien bila terjadi perdarahan
saluran pencernaan
Rasional
: mengistirahatkan saluran pencernaan untuk sementara selama perdarahan dari
saluran cerna
6)
Anjurkan pada pasien dan keluarga untuk segera
melapor jika ada tanda-tanda perdarahan
Rasional
: keterlibatan keluarga sangat membantu tim perawatan untuk segera melakukan
tindakan yang tepat
7)
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
tranfusi dan cairan parenteral
Rasional
: untuk menggantikan volume dan komponen darah yang hilang dan untuk memenuhi
keseimbangan cairan tubuh
8)
Kolaborasi dengan petugas laboratorium dalam
pemeriksaan trombosit, hematokrit dan hemoglobin
Rasional : mengetahui
tingkat kebocoran pembuluh darah
d.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh yang berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat
Tujuan
: kebutuhan nutrisi terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan
Sasaran :
Sasaran :
1)
Klien mengalami peningkatan selera makan dan mampu
menghabiskan 1 porsi makanan yang disediakan
2)
Mual-muntah
hilang
3)
Berat badan dalam batas normal
Rencana
tindakan :
1)
Kaji keluhan mual, muntah dan anoreksia yang
dialami pasien
Rasional
: untuk menentukan intervensi yang sesuai dengan kondisi pasien
2)
Kaji pola makan pasien, catat porsi makan yang
dihabiskan setiap hari
Rasional
: mengetahui masukan nutrisi pasien
3)
Timbang berat badan pasien setiap hari
Rasional
: mengetahui kecukupan nutrisi pasien
4)
Anjurkan kepada orang tua untuk memberikan makan
dalam porsi kecil tetapi sering
Rasional
: mencegah pengosongan lambung
5)
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapy
antiemetik dan vitamin
Rasional
: antiemetik untuk mengatasi mual dan muntah, vitamin untuk meningkatkan selera
makan dan daya tahan tubuh pasien
e.
Intoleransi aktivitas yang berhubungan
dengan kelemahan fisik
Tujuan : pasien mampu untuk beraktivitas setelah dilakukan
tindakan keperawatan
Sasaran :
1)
Klien dapat melakukan aktivitas sesuai dengan
kemampuannya
2)
Klien dapat mandiri untuk mandi, makan,
eliminasi dan berpakaian
Rencana tindakan :
1)
Kaji tingkat kemampuan pasien dalam beraktivitas
Rasional
: mengetahui kemampuan pasien dalam beraktivitas
2)
Libatkan keluarga/orang tua dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari pasien
Rasional
: memberikan dorongan kepada pasien dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari
3)
Anjurkan mobilisasi secara bertahap sesudah demam
hilang sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien
Rasional
: agar klien berpartisipasi dalam perawatan diri
4)
Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari jika
pasien belum mampu sendiri
Rasional
: bantuan yang tepat perlu dilakukan agar pasien tidak memaksakan diri
beraktivitas sementara dirinya belum mampu sehingga kelelahan pasien dapat
dihindari
f.
Kebutuhan pembelajaran mengenai kondisi,
prognosis dan program pengobatan mengenai penyakit DHF yang berhubungan dengan
kurangnya pemajanan informasi
Tujuan : pengetahuan pasien/ keluarga tentang penyakit DHF
bertambah setelah dilakukan tindakan keperawatan
Sasaran :
1)
Pasien/keluarga dapat mengerti mengena
pengertian, penyebab, prose terjadinya penyakit, tanda dan gejala, cara
pencegahan dan pengobatan dan komplikasi DHF
Rencana tindakan :
1)
Kaji tingkat pengetahuann pasien dan keluarga
tentang penyakit DHF
Rasional
: memberikan infrmasi kepada pasien / keluarga, perawat perlu mengetahui sejauh
mana informasi atau pengetahuan tentang penyakit pasien serta kebenaran
informasi yang telah didapatkan pasien / keluarga sebelumnya
2)
Kaji latar belakang pendidikan pasien dan keluarga
Rasional
: agar perawat dapat memberikan penjelasan sesuai dengan tingkat pendidikan
mereka sehingga penjelasan dapat dipahami dan tujuan yang direncanakan tercapai
3)
Jelaskan tentang pengertian, sebab, proses penyakit,
tanda dan gejala, cara pencegahan dan pengobatan serta komplikasi dengan
menggunakan gambar dan leaflet dan dengan kata-kata yang mudah dipahami
Rasional
: agar informasi dapat diterima dengan mudah dan tepat sehingga tidak terjadi
kesalahpahaman dan dengan menggunakan leaflet dan gambar penjelasan yang
diberikan dapat dibaca dan dilihat berulang-ulang
4)
Berikan kesempatan kepada pasien / keluarga untuk
bertanya sehubungan dengan penyakit yang dihadapinya dan jawab pertanyaannya
Rasional
: mengurangi kecemasan dan memotivasi pasien untuk kooperatif selama masa
perawatan atau penyembuhan
2.12 Evaluasi
a.
Suhu tubuh normal (36-370 C).
b.
Kekurangan volume cairan vascular tidak terjadi dan
pasien tidak mengalami kekurangan volume cairan.
c.
Syok hipovolemik tidak terjadi, pasien tidak mengalami
perdarahan yang berlebihan seperti hematemesis, melena, perdarahan gusi,
epistaksis dan ptekiae.
d.
Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
e.
Aktivitas dan latihan pasien dapat dilakukan secara
mandiri
f.
pengetahuan pasien / keluarga tentang kondisi,
prognosis dan program pengobatan penyakit DHF bertambah
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E. 2000.
Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta
Herdman, T. Heather. 2009. Diagnosa
Keperawatan Nanda Internasional. EGC. Jakarta
Perry, Potter. 2005. Buku Ajar
Fundamental Keperawatan. EGC. Jakarta
Agustiani, Nurlinda. 2008. Karya
Tulis Ilmiah DHF. Samarinda
M. Nurs, Nursalam. 2005. Asuhan
Keperawatan pada bayi dan anak. Salemba Medika. Jakarta
Suriadi, Yuliani, Rita. 2010. Asuhan
Keperawatan Pada Anak edisi 2. Sagung Seto. Jakarta